Senin, 24 Desember 2012

Failed Anniversary




Entah kenapa semenjak hubungan itu berakhir, aku semakin memikirkan dia. Hubunganku dan Berlian memang tidak lama. Hanya 6bulan, namun bagiku terlalu banyak kenangan yang tidak bisa aku lupakan bersamanya. Terlalu banyak hal yang membuatku sulit melupakannya. Bahkan Kelas kami bersebelahan. Mungkin banyak yang berfikir kalo aku ini “berlebihan” sebagai seorang cowo seharusnya aku bisa lebih tegar. Aku termasuk orang yang lemah soal cinta, apalagi Berlian adalah salah satu wanita yang aku incar sejak lama. Diantara teman temanku mungkin hanya aku yang bernasib malang soal cinta.
Tanggal  2 januari nanti Berlian berulang tahun yang ke 17. Aku dengar dia mengadakan pesta kecil di sebuah cafe. Akupun diundang Berlian untuk datang ke ulang tahunnya nanti. Aku sering berfikir, mungkin inilah saat yang tepat untuk mengulang semuanya seperti dulu. Namun melihat Berlian yang begitu dingin setiap kali bertemu aku menjadikan aku untuk mengurungkan hal itu. Tak mungkin rasanya jika dia masih menyimpan rasa untuku.
“Aku ingin melihat senyumnya lagi” mungkin itu yang membuatku bersemangat untuk membuat kejutan kecil di hari ulang tahunnya nanti. Aku meminta bantuan pada teman-temanku dan berlian. Aku menyiapkannya dengan matang. Tepat di hari ulang tahunnya nanti, aku berharap dia bisa menerima kejutan kecil dariku. Aku tak berharap banyak, aku hanya ingin melihat dia tersenyum nanti. aku tak sabar melihat repon Berlian nanti.
Hari ini adalah tanggal 31 Desember, seharusnya ini adalah hari 1tahun anniversarry ku dan Berlian. Dan entah kenapa semakin aku ingin melupakannya, semakin aku teringat senyumnya yang indah. Entah kenapa aku ragu, ragu menjalankan rencana yang aku buat untuk ulang tahun Berlian nanti. aku belum bisa menerima jika dia kecewa dengan kejutan kecilku.
*****
Hari ini tanggal 01 Januari, taun lalu kami melewati malam taun baru yang indah, aku mengajak Berlian untuk melihat pesta kembang api yang indah.  Saat itu Berlian tampak bahagia, senyumnya yang indah terurai dari bibirnya. Apa dia akan tersenyum jika melihat kejutanku nanti?
Pukul 11.30 malam, aku dan teman teman ku sudah siap untuk menjalankan rencana. Vera adalah salah satu teman Berlian yang aku tugaskan untuk membawa Berlian ke tempat tujuan kami.
“aduh Ver, aku mau dibawa kemana? Pake acara tutup mata segala” ujar Berlian
“berlian bawel nih, ikut aja deh kamu pasti ga akan nyesel” jawab Vera
*****
Setelah mereka sampai di tempat tujuan, aku berdiri dibelakang Berlian yang masih tertutup matanya. Pukul 00.00 aku membuka tutup matanya, disambut dengan kembang api yang menjulang tinggi bertuliskan “happy sweet 17 Berlian”. Dia terdiam sejenak, matanya berbinar binar.  Berlian tidak mengetahui kalo aku ada dibelakangnya

“sumpah ini tuh keren banget” ujar Berlian
“aku seneng mendengarnya” ujar ku
Berlian membalikan badan, senyum dan mata yang berbinar itu sekejab hilang. Dia menatapku penuh tanya. Apa mingkin dia kecewa? Tapi apa yang membuatnya kecewa? Mataku yang menatap Berlian dengan penuh tanya.
“happy sweet seventeen Berlian, all the best for you” ucapku sambil memberika sebuah kotak musik.
Berlian masih diam, matanya masih menatapku dalam. Kali ini aku benar benar gerogi, sebenarnya apa yang Berlian fikirkan.
“aku harap kamu ngelakuin ini semua ga ada maksud apa apa. Kita ga akan pernah bisa kaya dulu. Rasa aku buat kamu dulu udah hilang entah kemana. Aku ga pernah berharap kalo kamu nembak aku malam ini. Aku sama kamu itu ga akan pernah bisa bersatu, btw thanks buat semuanya. Aku ga akan pernah lupa malam ini. Maaf aku bikin kamu kecewa malem ini, aku bukan yang terbaik untuk kamu” Ucap Berlian sambil memegang pipiku dengan halus
Terlihat Berlian meneteskan air mata, mungkin berat baginya untuk berkata sejujur ini. Aku yang melihatnya menangis hanya bisa berkata....
“aku lakuin ini semua ga pernah ada maksud apapun, satu hal yang aku pengen cuman hal sederhana yaitu.... melihat senyuman kamu yang manis. Aku ga akanpernah kecewa liat orang yang sayang bahagia sama orang lain. Aku seneng kamu jujur, aku hargai semua keputusan kamu. Satuhal yang kamu perlu tau, cinta memang tidak bisa dipaksa, tapi cinta akan muncul seketika dari hati tanpa ada alasan. Terimakasih untuk semuanya, terimakasih untuk masalalu yang indah”
Aku pergi meninggalkan Berlian. Malam ini semakin sunyi. Sakit hati ini terkalahkan dengan senyuman yang terlontar dari bibir Berlian, walau hanya sekejap senyuman itu segera hilang. Aku berharap ini semua hanyalah mimpi, mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Sampai kapanpun rasa ini takan pernah berubah.
Dear Berlian....
I love tears and loving someone who is there
I believe she’s pieces of my heart
I love tears,love waiting for someone who stole my heart, and love for being like this....


The end~

Rabu, 19 Desember 2012

Masih Ada Aku



Entah apa yang aku fikirkan malam ini. Ditemani hujan yang deras aku memikirkan perasaan ku yang tak karuan ini.  Aku memikirkan siapa? Aku memikirkan apa? Aku tak tahu. Yang jelas kali ini aku benar benar merasa sendiri.
Biasanya malam tak sepi seperti ini. Biasanya ponsel ku berdering, entah itu Sms, BBM atau telepon dari Dito. Dia adalah orang yang hobby curhat denganku. Dia selalu menceritakan mantannya. Mungkin karena aku juga belum bisa merupakan mantanku, maka aku lebih bisa mengerti dia. Tapi sudah hampir 1 minggu dia tak mengabariku. Aku ingin menanyakan kabarnya, tapi aku gengsi. Sesekali aku “modus” ngeBBM dia. Tapi balesannya selalu singkat. Mungkin karna dia sudah menemukan teman yang baru? Atau dia sudah CLBK dengan mantannya. Entahlah Dito berubah.
Ada rasa kasian yang timbul dari hati saat mendengar curhatan Dito. Kenapa mantan Dito setega itu. Padahal kalo di lihat Dito termasuk cowok ideal. Bahkan dia adalah cowo gentle yang bisa ngelindungin cewenya. Aku tak pernah menghiraukan sakit hatiku saat Dito menceritakan mantannya. Aku hanya ingin melihat dia tersenyum
*****
Beberapa minggu berlalu, aku masih menyimpan kerinduan ku untuk Dito.
Ponselku berdering
-satu pesan diterima-
Kubuka pesan singkat itu, ternyata itu Dito. Balum ku baca apa isi pesan itu, yang jelas kerinduanku terbalas. Aku tersenyum kecil. Ku baca pesan itu.
Mi.... gue pengen cerita, gimana kalo besok kita ketemuan? Besok jam 12 siang tepat pada jam makan siang kita ketemu d cafe biasa”
Akhirnyaaaa ternyata selama ini dia masih inget aku. Tidak menunggu lama aku balas pesan singkat itu.
“okey cerita aja, gue siap dengerin cerita lo”
-pesan terkirim-
Aku masih tersenyum kecil, rasa tak percaya kalo Dito masih mengingatku. Kita memang satu sekolah, tapi untuk menegur pun aku canggung. Semenjak rasa ini muncul aku semakin canggung untuk menegur Dito secara langsung.
*****
Pagi ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Aku ingin terlihat sempurna di depannya. Aku segera mencari baju yang cocok dilemari. Menunggu jarum jam berputar sangat lama bagiku.
“ok, hari ini gue harus siap dengerin semua curhatan Dito, jangan sampe bikin dia bosen dengerin saran gue. Mangat Miaa mangattt” ujarku di depan kaca
*****
Jam 12 tiba, aku sudah menunggu Dito di depan cafe biasa. Sudah hampir 30 menit aku menunggu tapi Dito tidak datang juga. Aku yakin dia akan datang. Aku masih menunggu, mungkin dia terjebak macet. Tapi kali ini sudah hampir 2jam aku menunggu Dito, dia belum datang juga.
“kemana sih Dito, masa iya dia lupa kalo hari ini ada janji” gerutu ku
Aku mencoba menghubungi Dito tapi tak ada jawaban. Dan aku memutuskan untuk pulang. aku kecewa. Aku tak berfikir kalo akhirnya harus kecewa. Mungkin aku dan Dito tidak ditakdirkan untuk bertemu saat ini.
******
Tepat pukul 8 malam, aku masih mengurung diri dikamar. Mungkin karna kecewa ini belum hilang. Entah dimana Dito sekarang
Teeeeet teeeetttt
Bel rumah ku berbunyi
“Mia” ujar Ditto
Ku buka pintu rumahku. Dan ternyata tamu itu adalah Dito. Belum sempat Dito bicara, aku sudah meluapkan amarahku.
“kemana aja lo? Lo masih butuh sama gue? Lo gatau kan kalo gue udah rela nunggu lo ber jam jam cuman buat dengerin cerita lo tentang mantan lo. Lo ga sadar kan selama ini lo udah bikin gue sakit hati, gue cape liat lo dikecewain sama mantan lo, tapi kenapa lo ga pernah jenuh sama dia? Kenapa lo ga peka kalo disini ada gueee kenapa Dit ? kenapaaa??? ” ujarku sambil meneteskan air mata.
*Ditto membuka Helm*
Terlihat wajah Ditto penuh luka dan memar. Bibirnya pucat dan tak lama Ditto pingsan. Ternyata digenggamnya 1 buket bunga mawar. 20 mawar putih dan 1 mawar merah ditengahnya.
“Dito bangun ditoooo, banguuuunnnn!!!! Lo ga boleh tinggalin gue” ujar ku
Aku dan supirku membawa Dito ke rumah sakit terdekat.
*******
Aku menunggu Dito sampai sadar. aku menggenggam tanga Dito berharap dia segera sadar. rasa bersalah kini menghantuiku. Kenapa aku harus memaki Dito? Tapi sudahlah, tak baik rasanya jika aku menyalahkan diriku sendiri.
Alarm di ponselku berdering, tapi ketika aku bangun Dito tak ada dikasurnya.
“loh? Dito kemana?” tanyaku
Aku mencoba menanyakan pada suster, tapi  tak ada yang tau. Tiba tiba terfikir di benakku kalo Dito ada di suatu tempat kesukaanya. Buru buru aku menyuruh supirku untuk mengantarkan aku ketempat itu.
********
Sesampainya di taman aku langsung mencari Dito. Tak lama aku melihat seorang cowo yang masih mengenakan baju pasien duduk di sebuah bangku taman. Ternyata itu Dito. Aku mencoba menghampiri dan langsung duduk disebelahnya.
                “maaf” ujarnya
                Sontak aku kaget mendengar kata kata itu.
                “maaf buat apa?” jawabku
                “maaf selama ini gue emang ga peka sama perasaan lo” jawabnya
                “lo gausah minta maaf, gue udah maafin lo ko. Lagian perasaan gue ini ga penting, yang penting buat gue adalah liat lo bahagia sama orang lain” ujarku.
                “tapi gue ga pernah bahagia sama siapapun kecuali sama lo” saut Dito
 Aku terdiam sejenak, mencoba menelaah kata yang dilontarkan Dito tadi.
                “hah? Maksudnya? Gue ga ngerti” ujarku
                “gue pengen lo ada dikehidupan gue terus, apa lo mau jadi orang yang selalu nyemangatin gue?” tanya Dito
                “aduuh udah deh, meding balik kerumah sakit. Lo masih pucet. Ayo buruan” ujarku mengalihkan pembicaraan.
                Dito memegang tanganku, dia menatapku dengan penuh harap.
                “sebenernya kemaren gue mau nembak lo, gue sengaja bawa sebuket bunga mawar. Lo liat kan cuman ada 1 bunga mawar merah diantara bunga mawar putih di buket itu? Itu tandanya diantara banyak cewe cuman lo yang ada di hati gue. Tapi ternyata kaka dari mantan gue ngegebukin gue sehabis gue beli bunga itu. Tapi demi cinta gue, gue rela maksain kuat buat sampe rumah lo. Maaf gue selalu nyusahin lo. Maaf. Tapi apa masih ada rasa itu buat gue? Lo mau jadi pacar gue?” ujar Dito
                Mendengar itu air mataku menetes. Aku mengusap pipi Dito. Aku tak menyangka dia akan melakukan ini semua hanya untuk aku.
                “gue ga mimpi kan? Gue ga nyangka lo ngelakuin ini semua buat gue. Sampe kapan pun gue bakal ada buat lo. Lo ga ngelindur kan?” tanya ku
                “gue serius, gue ga pernah becanda sama kata kata gue. Gue janji ga akan kecewain lo lagi I Love You Mia” ujar Dito
                “ I Love You Too Dito” ujarku sambil memeluk Dito.
                The End


Rabu, 21 November 2012

Mom I miss you


Hujan menemani ku sore ini. Tepat disaat aku sedang “menulis” untuk menumpahkan kerinduan pada pahlawan dalam hidupku. Sudah dua tahun aku tidak bertemu dengannya. 

Yaa sejak kejadian hari itu. Kejadia dimana ayah dan mamahku resmi bercerai. Pahit memang namun inilah kenyataan. Ayah ku yang tidak bisa menerima pekerjaan mamahku sebagai “wanita karier”. Mereka berpisah secara kekeluargaan. Namun ada beda dengan perasaanku. Aku merasa telah kehilangan sosok seorang ibu dalam hidupku. Aku yang memang dekat dengan mamahku belum rela melepas kepergiannya. 

“kamu jaga diri baik baik, jaga adik adikmu. Mamah mendoakan mu dimanapun kamu berada” mamah berkata sambil mengusap air mataku.

Aku hanya terdiam. Menjadi anak sulung yang harus menjaga kedua adiku bukanlah tugas yang mudah. Belum lagi tidak ada sosok seorang ibu disampingku seperti layaknya remaja putri yang dekat dengan ibunya. 

Mamah memutuskan untuk pindah ke luar kota, dan aku memutuskan untuk tetap tinggal bersama ayahku. Ayahku yang sudah terbiasa menjadi seorang duda nampaknya sangat menikmati keadaan ini. Berbeda dengan aku. 

Kali ini hari hariku mulai sepi, tak ada lagi ceramah ceramah pendek dari mamahku di pagi hari. Aku yang biasanya bosan mendengarkan celotehan mamah, tapi kali ini aku rindu suara itu. Aku rindu disaat mamah memarahi ku. 

Sejak mamah pergi tak ada kabar darinya yang sampai kepadaku. Bahkan keluarga mamah pun tak ada yang mengabari aku. Entah apa maksud mereka. Hanya satu yang aku inginkan. Aku ingin mendengar kabar mamahku dari telepon atau pun pesan singkat. Mungkin dia melupakan aku dan adiku. 

 Begitu banyak aku dengar kabar tidak mengenakan tentang mamahku. Aku tak menghiraukannya. Mamah yang biasanya selalu ada disampingku kini entah berada dimana. Ayah dan adik adikku yang selalu aku jadikan alasan agar aku kuat. 

Kadang aku iri melihat teman teman ku yang dekat dengan ibunya. Kadang aku iri dengan mereka ketika mereka bisa berbelanja bersama ibunya. Aku hanya bisa mengingat kenangan bersama mamah ku selama 15tahun yang lalu.
"Mamah dimanapun engkau berada aku akan selalu mendoakanmu."

The End~